Asus Padfone S, Smartphone Plus Tablet Keren yang Tenggelam oleh Zenfone Series


Review smartphone kali ini singkat saja, saya menulisnya sembari menunggu kedatangan Gista Putri membawa kue cubit greentea beberapa paket kiriman, hasil berburu di sejumlah online e-commerce. Masih belum cukup sih buat melakukan review komparasi beberapa online e-commerce beken di Indonesia, tapi paling tidak saya bisa menguji kecepatan barang sampai di tangan pembeli dulu deh.

Pesanan dari Tokopedia sudah sampai, saya cuma beli sim card adapter sih, plus lokasi seller sama-sama di Bandung hehe. Selanjutnya pesanan Moto X 2014 dari Elevenia juga sudah tiba, ini saya jual di kaskus lho, lumayan buat nambah modal beli gadget buat di-review hehe (jangan ditawar afgan-afgan yah).

Sementara pesanan dari Lazada, hmmm.. nomor resi sudah didapat sih, dicek pun sudah terdaftar di web JNE. Hanya saja, tanpa status hehe. Belum manifested di Jakarta sama sekali, itu artinya review sebuah action camera kemungkinan baru bisa saya tulis akhir pekan depan. Yang sabar saja ya, saya saja bisa sabar menunggu tanggal 25 datang kembali paketnya datang.

Satu yang paling suram, pesanan modem di MatahariMall.com belum juga diproses sama seller-nya. Gara-gara dapat voucher diskon MatahariMall.com sebesar seratus ribu rupiah dari hasil beli pulsa di Sepulsa.com, saya jadi beli modemnya di sana. Sekalian menguji lagi ah, pikir saya. Sebetulnya kalau tidak pakai voucher sih, jatuhnya jadi lebih mahal dari harga resminya. Modem apa yang saya beli? Ditunggu saja, yang pasti sih sekalian mau coba sendiri kabar yang menyebutkan Meizu M2 Note mendukung sim card 4G yang berjalan di frekuensi TDD-LTE. Ah, saya kira clue-nya sudah terlalu jelas hehe.

Kita mulai ke cerita di balik mengapa Asus Padfone S yang terpilih untuk saya review ya.

Sekitar awal bulan Juli lalu, sebetulnya ada alternatif smartphone lain yang saya pertimbangkan sebelum akhirnya memutuskan cintanya Maudy Ayunda membeli ASUS Padfone S ini. Dua alternatif lain itu adalah Xiaomi Mi 4i dan Lenovo P70. Xiaomi Mi 4i mentok pada kenyataan tidak adanya slot microSD, sementara Lenovo P70 terasa memenuhi semua kriteria yang saya cari, kecuali body-nya yang datar banget. Saya pernah menyaksikan unboxing Lenovo P70 secara langsung sih, waktu dulu COD-an sama orang yang membeli P70 yang saya dapat dari hasil berburu diskonan, he.. he..

Pilihan saya waktu itu jatuh pada Asus Padfone S, karena lagi-lagi saya dapat harga gila pakai kombinasi berbagai diskon, jadi cuma seharga tiga juta rupiah saja. Bayangkan, harga resminya itu Rp 3.499.000 lho! Spek jeroan bisa dibilang identik dengan Moto X 2014 yang waktu itu saya gunakan: processor Snapdragon 801, RAM 2GB, ROM 16GB, layar Full HD, kamera 13 Megapixels, sudah mendukung jaringan 4G dan sudah ada NFC. Keren kan spesifikasi Asus Padfone S ini?

Mau lebih keren lagi? Di harga yang tadi saya sebutkan, Asus Padfone S sudah mampu membawa spesifikasi ala flagship ditambah sertifikasi IP-67 yang membuatnya tahan benturan, debu dan percikan air. Enaknya lagi, Asus Padfone S mempunyai slot memori eksternal yang mendukung microSD hingga kapasitas 64 GB. Sudah saya coba sendiri menggunakan micro SDXC Apacer class 10 UHS-I 64GB, berjalan tanpa ada masalah. MicroSD yang sama ternyata tidak dapat terbaca lho di Infinix Zero 2, namun tetap berfungsi dengan baik saat saya sematkan ke dalam Samsung Galaxy K-Zoom milik Sophia Latjuba istri saya.

Dan yang paling keren, dengan keluar uang tiga juta Rupiah, saya sudah dapat smartphone berspesifikasi tinggi, plus dapat Docking Station alias tablet seukuran 8.9 inch. Docking Station ini baru dapat berfungsi apabila kita memasukkan smartphone Asus Padfone S pada slot yang tersedia, jadi processor dan seluruh jeroan lainnya mengutilisasi apa yang ada di smartphone, namun menggunakan layar, stereo speaker, dan juga baterai tambahan yang ada pada Docking Station. Dengan cara ini, kita dapat bergantian menggunakan smartphone dan tablet dengan aplikasi dan data yang sama. Biasanya saya malas pakai tablet karena harus mengelola dua buah perangkat dengan dua set data berbeda yang disimpan oleh masing-masing perangkat.

Unboxing Asus Padfone S

Beginilah penampakan kemasan dan isi paket penjualan dari Asus Padfone S, saya membeli yang warna hitam.

Box kemasan Asus Padfone S, besar ya.

Bagian belakang box kemasan Asus Padfone S.

Asus Padfone S, unboxed.

Box kemasan Asus Padfone S, di bawah tablet ada smartphone.

Asus Padfone S.

Sisi bawah Asus Padfone S.

Sisi kiri Asus Padfone S.

Sisi kanan Asus Padfone S.

Sisi atas Asus Padfone S.

Docking Station Asus Padfone S, tombol screen-on dan volume.

Docking Station Asus Padfone S, tombol volume dan lubang micro USB (hanya untuk charging).

Docking Station Asus Padfone S, pada bagian belakang ada slot smartphone.

Layar besar sang Docking Station Asus Padfone S, Full HD lho.

Asus Padfone S dapat dibuka back cover-nya namun baterai tidak dapat dilepas.


Poin plus dan minus Asus Padfone S


Setelah sekitar satu sampai dua bulan dalam pemakaian saya, menurut saya kelebihan dari Asus Padfone S ini adalah:

  • Spesifikasi kelas tinggi, processor quad-core yang powerful dan kencang dengan clockspeed 2.3 GHz, RAM cukup lega.
  • Sudah mendukung jaringan 4G di Indonesia (frekuensi 1.800)
  • Adanya slot microSD
  • Kehadiran NFC yang cukup mengejutkan untuk rentang harga segini
  • Sertifikasi IP67, konon smartphone ini tahan jatuh dari ketinggian 1,5 meter. Saya sih mendingan disuruh gendong Cut Tari daripada jatuhin hape dari ketinggian segitu, asli deh.
  • Kamera yang jernih, ada night mode yang cukup membantu di kala pencahayaan kurang.
  • Layar sudah IPS, dengan ukuran 5 inch dan resolusi Full HD 1080p.
  • Sudah dapat Docking Station yang spesifikasinya pun cukup wah, layar 8,9 inch dengan resolusi Full HD 1920 x 1200, tertanam baterai tambahan sebesar 5.000 mAh, dan stereo speaker yang bertenaga.
  • Penampilan sisi depan keren, saya pribadi jauh lebih suka desain Padfone S daripada Zenfone series untuk bagian depan ini.
  • Menggunakan tombol navigasi on-screen, walau icon tombolnya dikustomisasi oleh Asus, sehingga walau sudah Lollipop tampak masih seperti Kitkat.


Sementara kekurangan Asus Padfone S yang saya rasakan adalah:

  • Tebal, padahal hanya membawa baterai sebesar 2.300 mAh saja
  • Getaran/vibrate-nya terasa janggal, tidak halus seperti smartphone kebanyakan. Terasa seperti ada bagian yang kurang kencang dipasangkan. Konon ini dikarenakan kelebihannya yang tahan jatuh itu lho.
  • Gampang panas, meskipun tidak sampai overheat. Digunakan bermain game casual saja sudah hangat, tipikal karakter dari processor Snapdragon kelas atas.
  • ZenUI hasil kustomisasi Android oleh ASUS, yang setelah di-update dari KitKat ke Lollipop malah membawa masalah baru. Hingga Asus merasa perlu menyediakan unduhan update firmware untuk downgrade dari Lollipop ke Kitkat. Biasanya sehabis dipakai cukup lama dan RAM banyak terpakai, saat kita menekan tombol Home untuk menuju homescreen maka kita akan disajikan homescreen kosong yang kemudian melakukan proses loading ulang shortcut dan widget yang setidaknya membuat kita perlu menunggu sebentar sebelum perangkat siap diajak bekerja kembali.
  • Baik smartphone maupun Docking Station alias tabletnya mempunyai bobot di atas rata-rata. Memang membuat terasa solid, namun jadinya malah overweight.
  • Posisi loudspeaker berada di bagian belakang, sehingga suaranya tertutup dan pelan saat diletakkan di atas meja.
  • Baterai tertanam, tidak bisa dilepas meskipun back cover Asus Padfone S dapat dibuka.


Buat Anda yang termasuk pemuja spesifikasi di atas kertas yang wah dan sangat mementingkan hasil benchmark sintetis seperti Antutu, Asus Padfone S ini layak Anda koleksi. Entah kenapa Asus tidak menggembor-gemborkan produk ini seperti Zenfone series, apa karena Asus lebih suka jualan perangkat yang memakai processor Intel? Biar disubsidi mungkin, hehe. Terlebih jika Anda sering membutuhkan sebuah tablet untuk berkerja ataupun penggunaan multimedia, namun malas mengelola data yang berbeda pada dua perangkat.

Saya sendiri kurang merekomendasikan gadget ini untuk wanita, karena bobotnya yang membuat kurang nyaman saat digunakan berlama-lama, terutama bobot Docking Station-nya.

Hingga saat ini masih ramai diperdebatkan perbedaan antara Asus Padfone S warna hitam dan putih. Konon yang putih lebih tokcer, mendukung jaringan 4G di frekuensi 900 juga, dan bisa melakukan update OS secara OTA. FYI, saya melakukan proses update firmware dengan cara mengunduh file ZIP yang disediakan di web support Asus, dan menyalinnya ke Padfone S sebelum kemudian smartphone ini secara otomatis mengenali adanya file ZIP untuk update firmware.

Performa dan Hasil Pengujian Asus Padfone S

Performa baterai tidak bisa dikatakan buruk, mengingat kapasitasnya yang hanya 2.300 mAh namun harus melayani sebuah processor kelas atas dari Qualcomm.

Untuk skor Antutu Benchmark, ada peningkatan saat saya ujikan kembali setelah proses update dari Kitkat ke Lollipop.
Skor Antutu Benchmark Asus Padfone S, posisi OS Kitkat.
Skor Antutu Benchmark Asus Padfone S, posisi OS Lollipop.


Kecepatan jaringan pun sempat saya ukur, yaitu pada saat menggunakan jaringan 4G LTE dari XL di lokasi sekitar daerah Pasteur, Bandung.
Speed $G XL LTE pada Asus Padfone S.


Berikut hasil foto dari kamera Asus Padfone S yang diembel-embeli fitur Asus PixelMaster.
Waktu: dini hari. Mode: Low-light. Flash: off.
Waktu: pagi hari. Mode: Normal. Flash: off.

Lokasi: di dalam mobil. Mode: Normal. Flash: off.
Lokasi: outdoor. Mode: Normal. Flash: off.

Lokasi: indoor gelap. Mode: Low-light. Flash: on.
Lokasi: indoor malam hari dengan pencahayaan neon. Mode: Low-light. Flash: off.

Lokasi: indoor cahaya cukup. Mode: Normal. Flash: off.
Lokasi: indoor malam hari dengan pencahayaan neon. Mode: Low-light. Flash: on.

Lokasi: di dalam mobil. Mode: HDR. Flash: off.
Lokasi: indoor cahaya cukup. Mode: Normal. Flash: off.

Lokasi: indoor gelap. Mode: Low-light. Flash: off.

Lokasi: indoor gelap. Mode: Low-light. Flash: off.

Lokasi: indoor gelap. Mode: Low-light. Flash: off.

Comments

  1. kalo kamera diadu ama Mi 4i bagus mana? terutama lowlightnya (yg paling minim noisenya)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, saya harus megang dulu Mi 4i-nya kayanya. Beliin dong Om, ntar saya review deh heuheu

      Delete

Post a Comment

Popular Posts