Review Lengkap LG Q6 Indonesia, Bikin Jadi Pengen Beli...





Percaya ngga kalau saya bilang intro dari video ini yang baru saja Anda saksikan, diambil menggunakan kamera belakang dari LG Q6? Stabil banget kan?

Awalnya pun saya tak percaya smartphone 3-jutaan dari LG bisa melakukan itu, dan apakah hanya itu saja yang bisa dilakukan oleh LG Q6? Baca terus ulasan ini sampai akhir ya!

LG Q6 tentu saja memiliki highlight utama pada layarnya yang sudah memiliki rasio 18:9 dengan sudut-sudut melengkung yang oleh LG diberi label sebagai Full Vision Display.

Layar ini bukan gimmick semata, nyatanya saya sangat nyaman menggunakan layar dengan rasio seperti ini, karena sisi depan dari ponsel ini jadinya nyaris semuanya layar. Dengan begitu, posisi tombol on-screen bisa berada di bawah banget, membuat area display menjadi lebih luas.

Saat layar dinyalakan, jelas sekali terlihat sisa bezel di atas dan bawah yang sangat minimal, pokoknya keren banget buat dilihat maupun ditunjukkan ke orang-orang.

LG Q6 hadir di kelas menengah, namun demikian memiliki terobosan berupa layar ala-ala flagship 2017 yang menurut saya akan butuh waktu untuk dapat dikejar oleh kompetitor LG.

Kalau ada yang bilang "yah hape 3 jutaan koq masih pakai Snapdragon 435!", jelas yang ngomong berarti ngga kenal sama LG. Meskipun sering merilis flagship dengan harga yang lebih kompetitif dari vendor sebelah, di kelas menengah mah LG kadang ngga seroyal flagshipnya koq.

Smartphone LG yang harganya 2-3 jutaan kebanyakan masih pakai processor Mediatek lho, jadi kalau LG Q6 pakai Snapdragon 435 itu adalah sesuatu yang harus disyukuri hehe. Ya kalau emang ga ada budget 3,2 juta Rupiah mah bilang aja, cari lah promo diskon yang rajin, konon ada yang bisa mendapatkan ponsel ini di harga 2,6 juta saja memanfaatkan promo bank.

Balik ke soal processor, Snapdragon 435 di LG Q6 mampu bekerja dengan baik menghidupi layar yang jumlah pixel-nya lebih banyak dari ponsel lain yang memiliki layar beresolusi Full HD. Dengan memanfaatkan RAM sebesar 3 GB, user experience sama sekali tidak memiliki hambatan, menggeser layar terasa fluid, berpindah antar aplikasi pun tak terasa ada jeda berlebihan. Termasuk masalah notifikasi, smartphone LG meskipun memiliki custom UI sendiri, selalu mampu menampilkan notifikasi secara realtime.

Hanya saja, sepenggunaan saya, LG Q6 ini terasa cepat menghangat. Dipakai membuka kamera beberapa menit, sudah hangat, dipakai game sebentar, sudah hangat. Meskipun tak sampai panas, namun cukup menimbulkan perasaan kurang nyaman jadinya.

Padahal, secara ergonomis, ponsel ini enak banget digenggam. Ketebalannya pas, dimensinya juga compact banget, layar berdiagonal 5,5 incinya bisa masuk ke body ponsel 5 inci. Anda yang menonton video unboxing-nya pasti tahu bahwa saya sempat membandingkan ukuran LG Q6 dengan Huawei Nova 2 yang berlayar 5 inci, dan hasilnya ukurannya mirip-mirip lho!


Oh ya, satu koreksi atas apa yang saya sebutkan pada video unboxing adalah mengenai material backcovernya. Bukan plastik, melainkan kaca. Pantaslah backcover ini gampang sekali meninggalkan bekas sidik jari dan rasa-rasanya bisa menjadi ladang minyak dunia berikutnya, haha.

Overall build quality dari LG Q6 ini saya katakan jempolan, terlebih dengan klaim military grade yang disematkan pada ponsel ini, yang sayangnya tak bisa saya uji karena unit yang saya review merupakan hasil pinjaman, haha.

Satu kekurangan utama dari LG Q6 yang saya rasakan adalah ketidakhadirannya fingerprint sensor pada ponsel ini. Meskipun memiliki faceprint unlock, yaitu membuka kunci layar menggunakan scan wajah, rasanya fingerprint masih dibutuhkan.

Faceprint unlock milik LG Q6 ini tergolong baik dan cepat dalam prosesnya, asalkan dalam kondisi ideal atau identik dengan saat wajah direkam. Karena masih mengandalkan kamera depan, faktor cahaya jadinya sangat mempengaruhi akurasi dan kecepatannya. Enaknya sih memang tinggal angkat ponsel menghadap wajah, layarnya menyala dan terbuka dengan sendirinya.

Ngga enaknya? Di tempat umum, jadinya sedikit menarik perhatian orang lain yang mungkin jadi mengira kita selfie melulu, padahal mah lagi mencoba buka kunci layar ya haha. Selain itu, di tempat gelap, membuka layar jadi sebuah PR, semisal di angkot malam-malam sepulang kerja, atau saat terbangun di tengah malam dan ingin mengecek notifikasi. Untuk alasan-alasan ini, saya merasa masih membutuhkan fingerprint scanner jadinya.

Apresiasi patut diberikan kepada LG yang memberikan dua slot sim-card bersamaan dengan sebuah slot micro-SD dedicated. Sehingga mereka yang merasa tak cukup dengan kapasitas storage bawaan yang 32 GB, masih bisa menambahkan memori tambahan tanpa perlu mengorbankan salah satu nomornya.


LG Q6 untuk Kebutuhan Multimedia

Untuk kebutuhan multimedia, LG Q6 cukup dapat diandalkan. Layarnya memiliki reproduksi warna serta ketajaman yang baik. Untuk memanfaatkan rasio layarnya, ada pengaturan khusus yang baru muncul saat aplikasi ditampilkan secara fullscreen, apakah mau menggunakan rasio 16:9 atau 18:9. Jadi tidak ada masalah dengan aplikasi atau games yang belum mendukung rasio layar 18:9 ini.

Sayangnya untuk YouTube, hanya video yang sudah memiliki rasio 18:9 saja yang dapat ditampilkan penuh. Sementara video yang masih memiliki rasio 16:9 tidak bisa dipaksakan untuk tampil memenuhi layar dan masih menyisakan bagian hitam di kiri dan kanan layar LG Q6 ini.

Kualitas suaranya sendiri menurut saya tergolong rata-rata saja. Tidak tergolong istimewa, namun masih usable dan tidak pecah saat digunakan pada volume yang kencang.

Gaming lancar-lancar saja, walau seperti yang saya bilang, agak cepat hangat ya. Sementara daya tahan baterainya tergolong baik, di mana dalam kondisi pemakaian normal, masih bisa menembus 24 jam.

Kamera utama LG Q6 memiliki hasil yang cemerlang di kondisi cahaya yang cukup, namun terbilang biasa banget saat lowlights. Sementara kamera depannya terbilang sangat datar, dan mungkin tidak bisa jadi favorit ibu-ibu arisan.

Kekuatan dari kamera LG Q6 ini justru muncul saat dilakukan mengambil gambar bergerak. Hasilnya terasa sangat stabil dan halus, tak seperti ponsel 3-jutaan lain. Saya berani mengacungkan keempat jempol yang saya miliki kalo soal ini.

Hasil kameranya ada di video review-nya di atas ya!


Apa Kata Aa tentang LG Q6

Masuk ke kesimpulan, LG Q6 hadir dengan profil yang berbeda dari ponsel lain yang berada di rentang harga yang sama. Mengandalkan layar Full Vision dan build quality dengan standar Militer, pada harga 3 jutaan rasa-rasanya belum ada yang mampu mengekor dan menawarkan hal yang serupa dengan LG Q6.

Hadir dengan faceprint unlock yang cepat dan akurat, Anda bisa saja tak lagi merindukan keberadaan fingerprint, andaikata Anda hanya menggunakan smartphone dalam kondisi ideal yang tak pernah kekurangan cahaya.

Yang tak suka ponsel besar-besar, LG Q6 juga akan nyaman digunakan karena dimensinya compact walau berlayar 5,5 inci. Pengalaman baru menggunakan ponsel berlayar memanjang bisa jadi satu alasan lagi buat Anda mencoba memiliki ponsel ini.

Military grade, ukuran compact, dan kamera depan yang flat? Sepertinya sangat cocok untuk dihindari ibu-ibu sosialita ya. Hehe. Ya, bisa jadi memang ponsel ini bukan diperuntukkan bagi para Selfie Expert yang mengharapkan Perfect Selfie sih.

Saya sendiri setelah semingguan menggunakan LG Q6, jadi benar-benar tertarik untuk membeli sebuah LG.... G6. Hahaha.

Demikian ulasan dari saya, silakan cek link berikut ini untuk informasi harga terbaru dan penjualan LG Q6 ini, dari Kota Cimahi Aa Gogon pamit, Wassalam!

Comments

  1. Bang, Q6 yg versi Indo ini ada NFC nya gak?

    ReplyDelete
  2. Dengan budget 3 jutaan, mending stylus 3 atau q6 ya?

    ReplyDelete
  3. Sudah pakai seminggu hp ini beol tp kok baterenya boros ya, Dr full sampai tinggal 10% utk pemakaian normal sy cuma perlu 7 jam an doang

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts