Review ASUS Zenfone 5 (ZE620KL), PAKET KOMPLIT TANPA SETRIKA?



Ya, nampaknya ASUS kali ini serius, mereka mau all-out di pertempuran yang digelar di pasar smartphone Indonesia.

Belum genap sebulan sejak merilis Zenfone Max Pro M1, kembali pecinta gadget tanah air diberi kejutan dengan hadirnya ASUS Zenfone 5 dan Zenfone Live L1.

Dan pada ulasan kali ini, saya akan mengupas ASUS Zenfone 5, saya tahu penonton sudah ga sabar ingin tahu seluk beluknya sebelum nanti bertempur di penjualan perdana.

Adalah harga jual resminya di Indonesia yang benar-benar jadi kejutan. Karena, bocoran di luaran sana bandrolnya jika dikonversikan maka nilainya tak kurang dari 5 juta Rupiah.

ASUS Indonesia berani menjual ASUS Zenfone 5 varian RAM 4 GB dan Internal Storage 64 GB ini dengan harga normal Rp 4.299.000 dan harga flash sale Rp 3.999.000. Saya suka keberanian ASUS untuk bersaing di Indonesia, dan saya juga suka transparansi mereka soal mana harga promo dan mana harga normal.



Kita beralih ke barangnya langsung yuk. Zenfone 5 ini mengusung desain kombinasi glass panel di sisi depan dan belakang, dengan frame metal yang mempunyai finishing sangat lembut. Sedikit mengingatkan akan Zenfone 3 dulu ya. Yang paling menarik perhatian tentu saja layar full screen-nya yang berani hadir dengan notch.

Kenapa saya bilang berani? Karena notch ini masih menjadi kontroversi, banyak yang benci, dan banyak juga yang mengidamkannya. Bagi saya bukan masalah, ukuran notch dari Zenfone 5 tidak terlalu besar koq, jadi masih cukup untuk menampilkan indikator sinyal dan notifikasi secara bergantian di sudut kiri atas layar. Sementara sudut kanan diperuntukkan bagi jam dan indikator baterai.

Saat digunakan membuka aplikasi, kedua sudut layar bagian atas ini berfungsi selayaknya notification bar biasa. Tidak ada tampilan aplikasi yang mengisinya, sehingga tidak ada gangguan untuk Anda berinteraksi.

Pada notch ini sendiri ASUS berhasil meletakkan kamera depan sebesar 8 Megapixels, proximity sensor, lalu LED notification yang diletakkan di dalam earpiece. Bezel layar bagian atas terlihat sangat ramping, sama dengan bezel kiri dan kanan. Sementara bezel pada sisi bawah sedikit lebih tebal, dan saya tak masalah dengan itu, karena segitu saja sudah cukup membuat jempol saya harus merentang sedikit lebih ke bawah saat hendak menyentuh tombol-tombol navigasi.

Yap, hingga saat saya menulis naskah video ini, Zenfone 5 masih mengandalkan tiga buah tombol on-screen untuk navigasi, belum ada navigasi dengan full gesture.

Layarnya sendiri memiliki reproduksi warna yang sangat baik, dengan kerapatan yang juga tergolong tajam. So far saya tak punya masalah dengan sisi depan ini.

Berputar ke sisi belakang, refleksi dari backcover kacanya jadi satu hal yang langsung menyedot perhatian semua insan yang meliriknya. Tetap indah, walau bukan suatu hal yang baru, dan warna midnight blue ini entah kenapa di mata saya lebih terlihat sebagai dark grey.

Di sudut kiri atas kita bisa melihat dua lensa ditumpuk pada posisi vertikal. Dan turun agak ke tengah kita bisa melihat fingerprint scanner berbentuk bulat sempurna. Beralih ke sisi bawah, dari kiri ke kanan ada port audio 3,5 mm, port USB type-C, microfon dan loudspeaker yang berada dalam urutan yang paling sesuai menurut saya.

Ketika saya mulai mengabsen spesifikasi dapur pacunya, saya yakin penonton akan mulai terpecah ke dalam dua kubu.

Kubu pertama yang segera langsung menyiapkan tabungannya untuk dialokasikan guna meminang Zenfone 5 ini. Yap, dengan harga yang saya sebutkan di awal, Zenfone 5 sudah menggunakan processor terbaru milik Qualcomm, yaitu Snapdragon 636. Skor Antutu-nya cukup besar yang jadi indikasi performanya takkan mengecewakan, setidaknya jika dibandingkan dengan pesaingnya di level harga setara. Coba lihat hape berponi lain di harga 4-jutaan pakai processor apa?

Nah, lalu kubu kedua adalah kubu kritis, yang mendewakan price-to-spec comparison. Biasanya kubu ini senang menggunakan smartphone-nya untuk gaming. Dan mereka mungkin lebih senang dengan ponsel yang lebih murah, dengan processor yang sama, dan baterai yang lebih besar, namun dengan kamera yang lebih inferior. Dan kubu ini sangat mungkin terpecah lagi karena masalah preferensi brand masing-masing.

Kedua kubu ini punya alasan yang masuk akal, dan ada baiknya kita hormati. Asal jangan sampai berantem terus ya, karena patut diingat sesungguhnya kita ada di posisi yang sama, yaitu konsumen, yang seharusnya menikmati berbagai pilihan yang disediakan produsen.

Terlepas dari kubu-kubuan itu, ASUS sendiri tentu sudah memberikan diferensiasi yang tegas antara Zenfone 5 dengan Zenfone Max Pro M1 meskipun sama-sama mengusung Snapdragon 636. Ya, jika Max Pro M1 condong diperuntukkan agar pengguna dengan budget terbatas bisa menikmati kombinasi performa gaming yang smooth dengan daya tahan baterai yang cadas, maka Zenfone 5 bisa dikatakan paket komplit yang lebih seimbang.

Yap, meskipun baterainya tak sebesar Zenfone Max Pro M1, Zenfone 5 masih tetap hemat daya, dengan battery usage saya ada di 26 hingga 40 jam dalam sekali pengecasan, dengan fokus penggunaan pada social media dan kamera, sehingga menghasilkan screen on-time 3 hingga 4 jam.

Dan jangan lupakan fakta bahwa ASUS Zenfone 5 ini support fast charging. Saat saya isi dayanya dengan charger yang mendukung Quickcharge 3.0, indikatornya menunjukkan hal ini. Dan memang mengisi dayanya selalu berjalan dengan cepat, di bawah 2 jam. Sayang, kepala charger yang disertakan dalam paket penjualannya hanya memiliki output 2A pada tegangan 5v ya.

Lanjut ke kamera, memang terasa performa maupun hasil gambarnya lebih superior dibanding Zenfone Max Pro M1. Termasuk fiturnya yang lebih lengkap karena sudah menggunakan Pixel Master kembali, bukan Snapdragon Camera. Lensa ganda di sisi belakang memiliki setup normal dan wide. Dan beberapa kali mencoba setup seperti ini di ponsel ASUS, selalu lensa wide ini menghasilkan tone warna yang berbeda karakter. Sehingga kita bisa dengan mudah menebak lensa mana yang digunakan dari hasil fotonya.

Untuk video, sudah ada stabilisasi yang nampaknya sih EUIS, eh EIS. Bukan OIS seperti di Zenfone 3, namun cukup membantu kala sekedar mau merekam momen aktifitas yang dinamis.

Kita lihat dulu hasil foto dan videonya yuk sebelum saya berikan kesimpulan.



Overall, untuk kamera yang mendapat skor DxoMark sebesar 90, saya sebetulnya mengharapkan hasilnya lebih dari ini. Meskipun jauh dari kata buruk, tapi konsistensi kualitas kameranya agak membuat saya bertanya-tanya. Karena kadang hasilnya bagus sekali, sampai membuat berdecak kagum dan berpikir, "oh ya pantas skor DxoMark-nya tinggi begitu!"

Tapi tak jarang saya dibuat bingung juga saat hasilnya rata-rata saja. Mungkinkan ini akibat algoritma AI yang digunakan belum sempurna?

Bisa jadi, karena dari pertama unbox hingga saat ini, ada 2 atau 3 kali update software yang didapatkan. Jika mau berfikit positif, kita bisa menganggap kalau developer ASUS ini rajin memberikan improvement buat device-nya. Tapi sebaliknya, ini juga membuat saya berfikir, bahwa perbaikan ini untuk menutup kekurangan-kekurangan yang muncul.

Terakhir, ada update yang membuatnya support VoLTE, jadi ada kemungkinan pelanggan Smartfren bisa menggunakan ASUS Zenfone 5 ini. Dan yang saya rasakan dari hari ke hari setelah update itu, akurasi face unlocknya semakin membaik saja. Semoga kualitas hasil kameranya juga terus meningkat ya.

Jika ada yang harus saya beri nilai minus, mungkin saya bisa bilang kualitas loudspeaker-nya yang tergolong standar. Dengan maksimal volume yang masih menghasilkan suara yang jernih ada pada level 70%, di atas itu suaranya sudah terdengar agak pecah. Kalau sudah begini, mending pakai earphone atau bluetooth speaker saja. Zenfone 5 ini sudah memiliki dukungan Hi-Res Audio dan DTS X Headphone. Kebetulan dalam paket penjualannya kan disertakan headset yang support fitur ini.

Seandainya saya bukan seseorang yang suka gonta ganti hape, dan punya budget 4 jutaan untuk membeli smartphone yang akan saya pakai terus, saya tak akan ragu untuk memilih Zenfone 5.

Alasannya sih dari segi desain pastinya kece banget, kekinian, dan pasti bikin orang lain ngiler. Dapur pacunya pun lebih dari cukup untuk kegiatan saya sehari-hari, dengan kamera yang dapat diandalkan untuk kebutuhan bermedia sosial. Pokoknya, ini adalah smartphone paket komplit yang harus diperhitungkan dengan baik-baik oleh semua kompetitor ASUS di Indonesia.

Oh ya kalau ada yang masih menilai ASUS sebagai hape setrika, saya cuma bisa bilang, udah lama ya ngga keluar dari gua? Koq kudet amat, hahaha.

Untuk saat ini, sekian yang bisa saya nilai dari ASUS Zenfone 5 ini, semoga smartphone ini bisa didapatkan dengan mudah ya di pasaran.

Terima kasih sudah menyimak, dari Kota Cimahi, Aa Gogon pamit undur diri, wassalam!

Comments

Popular Posts