Review OnePlus 5T, Flagship yang Semakin Kekinian



Sebetulnya saya sedikit malas membuat video review dari OnePlus 5T ini. Rasanya seperti mengingat-ingat lagi sebuah kesalahan.

Lho, memang salah apa OnePlus 5T ini? Bukan begitu, justru saya yang membuat kesalahan dengan menjualnya kembali begitu cepat. Belakangan saya malah merindukannya untuk kembali berada dalam genggaman tangan ini.



Haha, sedikit dramatis ngga apa-apa lah ya, nyatanya memang ponsel ini ngangenin koq. Hanya saja ada dua hal yang mendorong saya segera menjualnya kembali. Pertama, selain layar dan posisi fingerprint scanner, rasanya tidak ada yang berbeda dari OnePlus 5 yang saya sudah coba sebelumnya.

Kedua, dengan harganya yang masih tinggi saat ini di Indonesia, bagi saya lebih baik jadi duit segera saja, daripada nanti keburu turun. Apalagi OnePlus 5T ini masih tetap licin seperti kakaknya dulu, ngeri tergelincir, lalu terjatuh, dan Anda bisa tebak lah kelanjutannya, heuheu.

Jadilah selama masa pengujiannya, saya terpaksa selalu memakasi softcase yang disertakan dalam paket penjualannya. Sesuatu yang ga keren menurut saya, karena menutupi keindahan lekukan body ponsel ini.

Saya akan buat daftar saja, apa sih perbedaan OnePlus 5T dari OnePlus 5 yang saya rasakan selama menggunakannya.

Pertama, experience-nya tentu terasa berbeda. Dengan layar memanjang yang memiliki rasio 18:9, OnePlus 5T terpaksa memindahkan posisi fingerprint scanner ke punggung. Yang sejauh ini tidak banyak memberi masalah buat saya, fingerprint scannernya selalu bekerja dengan sangat baik, dalam hal akurasi dan waktu respon.

Sementara untuk mengakali supaya ponsel ini tak selalu harus saya angkat dari meja, ada fitur double tap to wake, yang bisa dikombinasikan dengan face unlock yang juga sangat akurat dan cepat apabila digunakan dalam kondisi cahaya cukup. Menurut saya ini pertukaran yang sepadan lah, ya kalau mau layar 18:9 harus rela fingerprint di belakang. Kalau Anda tak bisa menerima ini, OnePlus 5 masih sangat reliable koq untuk dilirik saat ini.

Kedua, saya merasakan peningkatan pada daya tahan baterai. Dulu di OnePlus 5, saya harus mengirit-irit pemakaian jika ingin menembus 24 jam dalam sekali pengisian daya. Di OnePlus 5T rasanya dengan pemakaian intens pun masih bisa sesekali menembus 24 jam, walau terkadang tak lebih dari 20 jam.

Kalau soal performa mah rasanya tak perlu dipertanyakan ya. Sama-sama menggunakan Snapdragon terbuas saat ini, yaitu Snapdragon 835 dengan sokongan RAM yang juga masih sama, 8 GB, OnePlus 5T adalah mobile gaming machine yang sangat memberi kepuasan bagi penggunanya, dalam hal ini saya sendiri.

Apalagi sekarang pada Oxygen OS ini ada gaming mode yang saya yakini mencontoh dua saudara jauh OnePlus, Oppo dan Vivo. Dengan mode ini, notifikasi tidak akang mengganggu gameplay kita.

Nah, soal notifikasi ini lah yang sebetulnya bikin kangen sama OnePlus 5T. Dengan custom OS yang digunakan, ponsel ini tak membatasi notifikasi untuk tetap dapat diterima secara realtime. Apalagi RAM-nya besar, di mana saya tak perlu repot-repot menutup aplikasi yang tak digunakan, sehingga notifikasi selalu masuk semua dengan lancar.

Bagi sebagian orang, termasuk saya, makin banyak notifikasi rasanya makin bahagia hidup ini. Kecuali sms dari operator, sama notifikasi pesan di tokopedia atau email yang isinya menanyakan kapan hape yang baru saya unggah video unboxingnya akan dijual, heuheu.

Sampai di sini saya sudah bingung pemirsa. Apa lagi ya bedanya OnePlus 5T dari OnePlus 5. Rasanya sudah habis euy.

Oh ya, hampir lupa. OnePlus 5T yang saya uji, datang dalam kondisi menggunakan Hydrogen OS tanpa Play Store dan kawan-kawan. Saya ganti ke Oxygen OS jadinya, supaya enak dipakai. Dan prosesnya mudah koq, cukup download ROM-nya, salin ke internal storage, masuk ke recovery mode dengan cara menekan tombol power dan volume down dari keadaan ponsel mati, install, tunggu, selesai.

Oxygen OS ini rasanya selalu membayar kerinduan saya pada CyanogenMod.

Anda bisa skip video ini dari sini ke belakang, isinya racun semua. Jangan bilang saya tidak mengingatkan ya. Seluruh isi video ini, mungkin akan terasa seperti seorang fanboy yang sedang kasmaran dengan sebuah produk dari brand kesayangannya.

Heuheu, memang saya bingung sih, kurangnya apa ponsel ini selain harganya yang tidak terjangkau untuk sebagian besar orang, ketersediaannya di Indonesia yang hanya mengandalkan seller-seller yang mau handcarry dari luar, hingga dukungan purna jual yang bisa dibilang nihil.

Tapi kalau dilihat berdasarkan apa yang melekat pada ponsel ini, bingung saya kurangnya di mana.

Sisi multimedia nendang banget. Layar Optic AMOLED-nya kinclong, dan kece banget buat main game, streaming video, atau bahkan cuma buat diliatin sampe bosen seharian.

Audio juga jempolan, yakali hape segini mahal suaranya sember, haha.

Benchmark sintetis? Duh, ini lagi. Skornya gede lah.

Jangan lupakan juga fakta bahwa OnePlus 5T ini sudah dibekali fitur dash charge yang dapat mengisi baterai dengan sangat cepat menggunakan kepala charger yang disertakan dalam paket penjualan.

Hmm, spek monster, layar 18:9, batre lumayan awet dan cepat penuh saat diisi ulang, multimedia oke, lalu apa yang kurang ya?

Oh ya, kita belum bahas soal kamera ya. OnePlus 5T sudah memiliki kamera ganda di sisi belakang, jadi buat yang suka bokeh-bokehan pakai portait mode, monggo, langsung ditebus sajalah OnePlus 5T-nya ahahaha.

Ya gimana ya, harganya juga memang sudah setara flagship merk besar koq. Jadinya performa kameranya sewajarnya memang istimewa juga, dalam berbagai kondisi.

Untuk video, nampaknya ada stabilisasi elektronik, yang menurut saya lumayan, tapi masih kalah kelas dari stabilisasi optik milik Huawei P10, atau bahkan Samsung Galaxy S8 Plus.



Kesimpulan saya kurang lebih sama dengan saat saya mengulas OnePlus 5 dulu, ini sudah bukan flagship killer, melainkan sudah menjelma menjadi flagship itu sendiri. Harganya kurang lebih sama lah ya dengan OnePlus 5 saat pertama dirilis dulu. Kalau mau cek harga dan diskon, boleh klik link di dekripsi yang akan membawa Anda ke situs gearbest, e-commerce asal China yang mengirimi saya OnePlus 5T untuk diuji ini.

OnePlus 5T membawa perbaikan dalam soal daya tahan baterai, serta pengalaman menggunakan layar 18:9 yang berkat tambahan fitur face unlock-nya membuat pemindahan posisi fingerprint menjadi bisa ditolerir, setidaknya bagi saya.

Hehe, saya sengaja menempatkan hasil foto dan video dari OnePlus 5T ini di bagian belakang, biar ngga protes kalopun saya tampilkan banyak-banyak.

Okay ya, cerita saya tentang OnePlus 5T berakhir di sini, dari Kota Cimahi, Aa Gogon pamit undur diri, wassalam!

Comments

Popular Posts