Review Xiaomi Redmi 5A, Batrenya TANGGUH tapi Harganya RAPUH



Ini adalah ponsel yang sejak akhir tahun lalu hingga seluruh minggu pada bulan Januari 2018 terus-terusan menyita perhatian publik pengguna dan pemerhati gadget di tanah air.

Satu yang pasti membuatnya jadi sorotan adalah harganya yang dipatok Xiaomi pada angka satu juta kurang seribu Rupiah. Walau harga ini pakai tanda bintang, di mana hanya berlaku pada flash sale Lazada yang selalu membuat server e-commerce ini jebol, atau di Authorized Mi Store yang entah dijatah berapa unit, namun nampaknya lebih sering kosongnya daripada tersedia.



Harga ini terpaut jauh dari harga perangkat yang sama di negeri asalnya yang mencapai 1,3 juta Rupiah. Oh ya, konon kabarnya nantinya Xiaomi Redmi 5A yang dilabeli hape terbaik di kelasnya ini akan dijual secara bebas pada angka Rp1.199.000.

Nah, semua kelebihan dan keistimewaan ponsel ini menurut saya jadiya sangat rapuh. Maksudnya, tergantung dapatnya di harga berapa dulu.

Berhasil dapat di flash sale Lazada? Selamat, kamu beruntung dapat hape lumayan banget ini di harga yang mungkin ga akan masuk itung-itungan bisnis manapun.

Beli nanti pas sudah harga offline? Hmmm, ya lumayan lah, masih lebih murah cepek dari harga di China.

Beli di toko sekarang 1,5jutaan? Hmmm, gimana ya, Redmi Note 5A juga kan segituan, spesifikasi kurang lebih sama, tapi stok lancar. Rasanya udah biasa aja sih kalo harganya segini.

Beli di reseller seharga 2 juta? Ini baru WOW, haha. Membuktikan kalo kamu emang mifans sejati, sampe mau ngasi cuan sejuta sama orang yang sebetulnya bikin harga ini hape melonjak, karena rebutan terus beli banyak buat dijual lagi, bukan dipakai.

Ya salah sendiri juga sih kalau sampai harga Redmi 5A di toko biasa jadi melonjak. Situ kenapa mau beli, padahal kalo permintaan pasar ngga tinggi dan mau sabar mah, bisa jadi orang-orang juga males nimbun stok hape ini, dan bisa jadi harga lebih stabil heuheu.

Ya sudah, kita lupakan dulu soal harga dan penjualan hape ini, dan mulai bahas hapenya sendiri ya.

Sepenilaian saya, Redmi 5A ini memang nyaris tak ada beda dengan Redmi Note 5A yang sudah saya coba sebelumnya. Buat saya sih layar lima incinya lebih asyik, soalnya ringkas, jadinya ga bikin ribet sewaktu saya jadikan ponsel kedua.

Tapi bagi sebagian orang, layar 5,5 inci Redmi Nota 5A mungkin lebih diminati, apalagi Redmi Note 5A punya kelebihan lain yaitu posisi loudspeaker yang sudah d sisi bawah ponsel, bukan di belakang seperti pada Redmi 5A.

Feeling plastik masih sangat kental terasa pada Redmi 5A ini, walau tidak sampai terasa ringkih memang. Namun saya sangat menyarankan penggunaan anti gores pada layar, dan paling tidak softcase tipis pada bodynya, biar umurnya lebih panjang.

Satu hal yang paling saya notice adalah kemampuan MIUI 9 untuk tetap berjalan dengan smooth di RAM 2 GB, dan menjaga daya tahan baterainya menjadi sangat hemat. Di hari kerja di mana Redmi 5A sangat banyak nganggur, 3 hari 3 malam mampu ditembusnya. Sementara weekend di mana Redmi 5A ini sesekali saya pakai bermain game dan streaming video, smartphone ini mampu bertahan selama 28 jam dengan SoT sebesar 5 jam, nyaris tanpa koneksi wifi.

Inilah kenapa saya sekarang lebih suka Snapdragon 425 dibanding 430. Umumnya ponsel dengan processor ini bisa lebih hemat daya, dengan performa yang kurang lebih sama.

Saya coba bermain Destiny6 di Redmi 5A ini, walau masih bisa berjalan dengan baik, harus diakui memang gameplay-nya terasa kurang nikmat. Saya bisa dengan jelas merasakan penurunan performa jika dibandingkan dengan hape utama saya yang saat itu kebetulan skor Antutunya di atas 100ribu, wajar lah ya heuheu.

Oh ya, jika ingin betah pakai Redmi 5A, jangan lupa untuk menjaga aplikasi-aplikasi yang Anda tunggu notifikasinya, agar tidak sampai dibuang dari recent apps. Ini penting, pake banget!

Lanjut ke bagian kamera, Redmi 5A ini punya kamera yang usable sekali di kondisi outdoor. Hasilnya benar-benar tidak akan membuat orang menyangka jika foto tersebut diambil oleh sebiji ponsel berharga 999ribu Rupiah. Oh ya, mode HDR terasa sangat berguna pada Redmi 5A ini untuk menghasilkan foto dengan dynamic range yang luas.

Foto di kondisi lowlights sih ya biasa lagi, tidak terlalu bagus. Dan ini sangat wajar mengingat Redmi 5 Plus yang harganya lebih dari 2 kali lipatnya pun belum mampu berbicara banyak soal foto dalam kondisi temaram seperti ini.

Perekaman video, ya gitu deh, ah pokoknya lihat langsung saja deh ya. Nanti saya salah ngomong lagi, terus dibully lagi. Saya kalo dibully oknum penboy, bawaannya suka pengen nraktir orang euy, rugi hahaha.



Okay, kayanya itu saja yang saya bahas dari Xiaomi Redmi 5A ini. Saya yakin sudah banyak pembahasan yang lebih lengkap lagi soal ponsel ini dari teman-teman reviewer yang sudah mencobanya lebih dulu dari saya.

Kesimpulan saya mah ya ini kabar baik lah buat yang membutuhkan smartphone yang ngga asal jadi, yang dukungan OS-nya cukup baik, fitur lengkap, namun harganya sangat terjangkau.

Apakah saya merekomendasikan ponsel ini? Jawabannya tergantung, harganya berapa dulu. 1 juta ya pasti saya rekomendasikan, 1,2 juta juga rasanya masih ok.

Tapi kalau sudah 1,5 juta atau lebih? Jadinya terasa biasa saja, dan banyak alternatif lain yang lebih baik, bahkan dari brand Xiaomi sendiri.

So, saran saya mah jangan keburu nafsu, jadinya demand tinggi, harga naik, ujung-ujungnya konsumen yang rugi, reseller yang untung banyak, dan Xiaomi ya masih dipertanyakan sih dapat untung apa ngga, hehe.

Sudah deh, gitu aja dari saya mah. Hehe.

Dari Kota Cimahi Aa Gogon pamit undur diri, wassalamualaikum.

Comments

Popular Posts