Review Sony Xperia XZ2 Compact, MUNGIL tapi Sangar!



Walau Sony sudah menyerah untuk bertempur di pasar smartphone Indonesia, jajaran produk Xperia ini ternyata masih cukup dinanti ya.

Sesekali saya pun dengan senang hati mencoba ponsel pintar keluaran Sony ini, dan saya bagikan pengalamannya kepada Anda para pemirsa.

Kali ini yang akan kita ulas adalah Sony Xperia XZ2 Compact. Ngga kapok beli yang Compact A? Nanti salah beli lagi hayooo?



Haha, ngga dong. Kali ini beneran dual-sim lho, walau masih hybrid ya slotnya. Dan yang saya pilih ini adalah warna white silver, yang memang lebih nampak keabuan ya daripada putih.

Kalau Anda tak tahu, spesifikasi ponsel ini tergolong nomor wahid lho. Walau punya dimensi super mungil berkat layar 5 inci yang sudah menggunakan rasio 18:9, tapi jeroannya berani diadu lawan ponsel-ponsel flagship brand lain yang umumnya berbadan bongsor.



Bagaimana tidak, processornya saja pakai Snapdragon 845 yang notabene adalah processor terbaru dan tertinggi Qualcomm untuk saat ini. Skor Antutu-nya besar, 200-ribuan, walau harusnya lebih tinggi dari apa yang didapat ini ya. Mungkin, akibat ponsel menghangat saat proses benchmark, sehingga performanya jadi terhambat. Tapi jika Anda teliti, skor GPU-nya mengalahkan 99% user lainnya lho.

Yup, untuk urusan spesifikasi dan performa, Sony Xperia XZ2 Compact ini memang tak perlu diragukan. Dipakai bermain game PUBG, by default settingannya bisa ke high, dan gameplay berjalan super lancar. Yang bikin kurang nyaman bermain sih memang layar mininya, yang membuat saya sering buang-buang peluru karena tak sengaja menekan tombol fire. Haha.

Ya, harus diakui memang kalau maen game real-time seperti ini mah, enaknya layarnya yang lega ya. Sony Xperia XZ2 Compact sih punya kelebihan waktu disakuin atau waktu kita hanya bisa mengoperasikannya dengan satu tangan saja. Yup, karena ringkas dan mungil, jadinya nyaman digenggam dengan sebelah tangan, dan karena tak licin, jadinya tentram deh.

Kalau dibilang tebal, ya memang tebal sih ponsel ini. Ukurannya yang mini, mau tak mau membuatnya harus menambah ketebalan demi bisa mengandung baterai berkapasitas 2.700 mAh yang kalau dipakai secara casual sih mampu menembus 23 jam dalam sekali pengisian daya. Tapi kalau dipakai ngegame, setengah hari juga udah ngos-ngosan sih, hehe.

Untung saja ponsel ini sudah support Qualcomm Quickcharge 3.0, dan kepala charger yang disertakan dalam paket penjualan juga mendukung fitur ini. Asik deh!

Nah, yang lucu adalah, dengan body setebal itu, dia tak punya colokan headset heuheu. Adapternya dikasih memang di paket penjualan, namun terasa kurang praktis jadinya. Walau harus diakui, saya memang kalau mendengarkan musik selalu pakai bluetooth earphone, apalagi baik ponsel ini maupun earphone saya sama-sama support aptX-nya Qualcomm, jadi kualitas audio-nya keangkat banget.

Termasuk kalau pakai loudspeakernya ya. Selain stereo, di mana kedua speakernya yang berada di depan sama-sama mengeluarkan suara, powernya pun terasa sangat baik, dengan detail yang tetap terkontrol. Silakan didengarkan sendiri yah, itu saya putar dengan volume maksimal.

Lanjut ke kameranya, Xperia XZ2 Compact memang masih keukeuh hanya mengandalkan masing-masing satu kamera saja di depan dan belakang. Bahkan kamera depannya hanya beresolusi 5 Megapixels saja, sementara kamera belakang sih khas Sony dengan sensor beresolusi besar di 19 Megapixels.

Ya, Sony memang gak mau dibawa arus. Saat yang lain berlomba-lomba besar-besaran kamera depan, atau nambah jumlah kamera belakang sampai 2 bahkan 3, Sony tetap tampil sederhana.

AI Camera? Sony tak perlu embel-embel AI sih, walau dari jaman dulu kameranya sudah memiliki kecerdasan buatan untuk mengenali scene yang sedang dibidik, dan menyesuaikan pengaturannya agar optimal.

Banyak mode unik pada kamera ponsel Sony, seperti biasa ya, jadi favorit anak saya heuheu. Oh ya, ada mode bokeh juga, namun sayang hasilnya belum bisa serapi Google Camera nih.

Stabilisasi pada videonya tergolong baik meskipun sebatas dibantu gyroscope EIS. EIS, saya ngga akan bikin jokes soal Euis dulu ah, nanti bosen hehe. Dan biar ga bosen, sok atuh disimak dulu hasil foto dan videonya, jangan lupakan fakta bahwa Xperia XZ2 Compact ini sudah mampu menghasilkan video slow motion di 960 fps dengan resolusi Full HD lho!



Okay, bagaimana menurut Anda jika semua yang ditawaakan Sony Xperia XZ2 Compact tadi, harus ditebus seharga hampir 8 juta Rupiah, worth it ngga? RAM-nya 4 GB, dan storage bawaan 64 GB bertipe UFS yang pasti kenceng sih.

Dibalut Xperia UI yang memiliki notifikasi super real-time tanpa ditahan-tahan, sebetulnya ponsel ini enak banget dipakai. Hanya memang agak jomplang ketika tangan ini sudah terbiasa dengan yang ukurannya 6 incian. Belum lagi posisi fingerprintnya yang terlalu ke bawah, membuat jari harus lebih ditekuk saat hendak merengkuhnya.

Mungkin buat gamers akan susah untuk dinikmati ya, karena layarnya sempit. Padahal warnanya vibrant sekali, saya suka banget. Terlebih karena panel displaynya terasa menyatu dengan panel sentuhnya, tak ada jarak. Dan dengan tepian 2,5D, makin enak saja disentuh-sentuh.

Tapi harus diakui, pada akhirnya saya pun memilih untuk melepaskannya kembali. Masalah handling yang kurang enak, plus saya lagi suka bermain game PUBG jadi persoalan utama. Sisanya sih bisa dikatakan tak ada komplain.

Saya bingung sih jadinya apakah ponsel ini recommended atau tidak. Pertama jelas ya ini bukan barang bergaransi resmi, harganya juga lumayan. Tapi spesifikasinya memang jempolan. Dan saya yakin beberapa orang memang sangat suka dengan ponsel mungil namun performanya sangar begini. Tapi battery life juga jadi taruhannya sih.

Gini aja deh, intinya Sony Xperia XZ2 Compact ini adalah produk berkualitas, dengan segala keunikan yang dipertahankan oleh Sony. Tapi memang produk ini segmented banget, dan bukan buat yang mengejar fitur-fitur kekinian ya. Cocok buat yang ngga mau tampil mainstream, tapi ada beberapa kenyamanan yang harus dikorbankan, semisal tidak adanya face unlock sampai saat naskah review ini selesai ditulis hehe.

Udah ya, gitu aja. Dari Kota Cimahi, Aa Gogon pamit undur diri. Wassalam!

Comments

Popular Posts