Review Huawei Mate 20 Pro, Membuat Saya Mati Kutu!



Saya terkadang mati kutu. Ya, mati kutu saat menguji pakai smartphone level flagship yang kadang sulit bagi kita untuk menemukan kekurangannya, selain harga. Demikian juga yang saya rasakan dengan Huawei Mate 20 Pro. Okelah smartphone ini memang tak punya jack audio, tapi selain itu coba Anda tengok apa saja yang ditawarkan oleh smartphone terbaru Huawei yang segera dijual resmi di Indonesia ini. Hardware-nya top notch semua, mulai dari jeroannya yang sudah menggunakan processor Kirin 980 terbaru yang memiliki fabrikasi 7nm pertama di dunia. Lanjut ke layar AMOLED dengan tepian melengkung di kedua sisi. Plus, fingerprint scanner ada di dalam layar. Kamera belakangnya ada 3 dengan resolusi besar-besar di 40, 20, dan 8 Megapixels dengan setup wide, ultra wide, dan zoom. Kamu bisa ngulik berbagai hasil foto terbaik dengan kamera begini. Jangan lupa penempatan kameranya juga unik ya, plus backcover glass yang asli feelsnya premium sekali dan tak mudah kotor oleh sidik jari. Sementara kamera depannya punya setup wide dengan resolusi 24 Megapixels. Nanti kamu bisa cek hasil video dan fotonya di video ini ya.

Kita lanjut ke komponen lain dulu, pada bagian atas frame metal-nya yang lagi-lagi berfinishing glossy, kita dapat menemukan infrared blaster. Nice job, mengingat hal ini sudah mulai sulit ditemukan di flagship smartphone seperti ini. Jika Anda cermati sisi bawah frame-nya, pasti Anda akan mencari di mana letak loudspeakernya kan? Haha, sama saya pun bingung awalnya. Namun ketika saya memutar video dan lagu, baru saya sadar ternyata suaranya keluar dari lubang USB Type-C di bawah, serta earpiece di atas, alias stereo. Lagi-lagi mantap deh. Wireless charging? Bisa. Waterproof? Ini sudah punya sertifikasi IP68. Feelsnya di tangan nyaman sekali berkat desainnya yang memiliki curve di setiap pinggirannya. Saya sendiri selalu memakai softcase tipis yang disertakan dalam paket penjualannya, tak menambah ketebalan secara signifikan menurut saya. Harus diakui, feelsnya familiar dengan saat menggenggam Galaxy S9 Plus milik istri saya. Namun bisa dibilang, Huawei Mate 20 Pro ini adalah flagship smartphone paling mutakhir yang masuk ke Indonesia tahun 2018 ini. Semua fitur kekinian yang ditawarkan smartphone flagship lainnya, dikemas menjadi satu, dan ini termasuk kehadiran notch di layar, tepian edge dan panel AMOLED, fingerprint di bawah layar, dan juga hilangnya jack audio, hehehe. Oh ya, satu lagi, harganya juga ikut menegaskan di kasta mana smartphone ini berada. Jadi buat kamu yang masih menganggap Huawei itu identik dengan Esia Hidayah, aduh ke mana aja selama ini? Hahaha. Pasca merilis Huawei P20 Pro lalu sekarang Mate 20 Pro, Huawei seakan ingin menunjukkan kepada Indonesia, bahwa di skala global, mereka punya angka penjualan kedua terbesar lho, di bawah Samsung namun di atas Apple. Oh ya, banyak yang bilang overall kamera P20 Pro lebih baik hasilnya, dan saya merasakan hal yang sama. Nampaknya beda setup kameranya jadi penyebab hal ini. Huawei P20 Pro punya satu lensa dengan sensor monokrom yang mampu membuat hasil foto lebih tajam, dan warna bisa lebih indah. Sementara Mate 20 Pro punya keunggulan di lensa super wide-nya. Sementara untuk masalah AI, HDR dan juga selfienya, saya merasa setara lah keduanya. Dan ini wajar mengingat positioning seri Mate yang lebih mengedepankan performa, sementara seri P untuk kamera. Nah, Kirin 980 ini punya skor Antutu rata-rata menembus 300-ribuan, walau entah kenapa di unit yang saya coba ini hasilnya baru mencapai 220-ribuan saja. Ya, unit yang saja uji merupakan unit pinjaman, dan saya hanya punya waktu sekitar 5 hari bersamanya, sehingga mungkin pembahasannya tidak terlalu detail kali ini. Kalau dibilang betah, saya sih betah banget pakai Huawei Mate 20 Pro ini, mungkin karena tak perlu mengingat jumlah Rupiah yang harus dikeluarkan untuk menebusnya ya, hehehe. EMUI 9 yang berbasis Android 9.0 Pie adalah salah satu alasannya. Bagi saya, EMUI ini selalu terasa familiar sekali, jadi kalau habis pakai smartphone lain lalu balik ke smartphone dengan EMUI, rasanya tuh seperti pulang ke rumah. Haha, lebay ya, tapi itulah adanya pemirsa. Satu lagi, Huawei Mate 20 Pro ini punya teknologi supercharge yang punya kemampuan mengisi daya hingga 40W. Dan asyiknya, smartphone Huawei ini ngga rewel, dikasih kepala charger atau powerbank yang support Quickcharge ataupun Power Delivery juga bisa ngangkat. Dan kabarnya, Huawei Mate 20 Pro ini bisa melakukan reverse wireless charging. Hmmm, unik ya, walau kalau saya sih ga akan rela ngecharge hape lain pake hape saya haha, mending pinjemin powerbank saja sih. Baterainya sendiri 4.200 mAh yang sepemakaian saya bisa bertahan dari subuh hingga larut malam alias sekitar 20 jam dengan pemakaian intens yang menghasilkan SoT hampir 6 jam. Dengan pemakaian lebih ringan, 24 jam sepertinya bukan masalah bagi Huawei Mate 20 Pro. Sebetulnya saya mengharapkan battery usage yang jauh lebih hemat dari processor dengan fabrikasi 7nm seperti ini, namun biasanya seiring waktu dengan pemakaian lebih lama dan proses pengenalan pola pakai kita oleh EMUI ini, nantinya akan semakin panjang daya tahannya. Sudah menemukan kekurangan smartphone ini? Dalam 5 hari pemakaian sih saya sulit menemukannya. Paling hanya masalah kebiasaan saja, semisal untuk fingerprint scanner-nya yang menurut saya letaknya terlalu tinggi, jadi butuh pembiasaan dengan letaknya, dan terkadang malah face unlocknya yang berhasil bekerja lebih dulu dari fingerprint scanner ini hehe. Jack audio juga bisa jadi masalah bagi yang belum punya bluetooth earphone, walau Huawei sebetulnya selalu menyertakan adapter usb type c to jack 3,5 mm ini dalam paket penjualannya. Paling jadi PR kalau Anda sedang ingin memakai earphone berkabel dan saat yang bersamaan ingin mengecasnya. Solusi lain mungkin beli wireless charging pad ya. Soal performa saya rasa tak ada alasan untuk meragukannya, gaming bisa jalan dengan smooth dengan settingan kelas berat. Main PUBG sampai chicken dinner pun jadi nih. Dan kalau dibandingkan dengan Mate 20 yang tanpa Pro, ini lebih compact ya. Perbedaan lainnya ada pada panel layar yang digunakan, termasuk tepiannya di mana Mate 20 tidak melengkung begini. Baterai Mate 20 ada di 4.000 mAh, resolusi kamera lebih rendah, namun Mate 20 malah punya jack audio. Pada saat saya menulis naskah video ini, saya belum tahu harga resmi keduanya di Indonesia, namun melihat harga pasar dari barang Singapore-nya, perbedaan harganya cukup menjulang. Membuat Mate 20 nampak lebih reasonable, walau godaan Mate 20 Pro memang kuat banget, terutama soal handling yang lebih enak karena dimensinya lebih ringkas. Salut buat Huawei yang berkomitmen memasukkan seri teratas dari jajaran smartphone mereka di Indonesia, walau mungkin secara size, penjualannya belum semasif seri Nova dan seri Y ya. Saya mah yakin, kalau sudah pada coba smartphone flagship dari Huawei, pasti ngerti deh ada di level mana kualitas dari produk-produknya. Sok aja coba, biar kenal, lalu sayang, huehehe... Saya akan tutup video ini dengan hasil foto dan video dari kamera Huawei Mate 20 Pro ini ya, kesimpulan silakan dibuat masing-masing, dan monggo tulis di kolom komentar. Saya mah mati kutu pokoknya oleh hape ini, hahaha. Sip, dari Kota Cimahi Aa Gogon pamit undur diri, wassalam!

Comments

Popular Posts