Review iQOO Z7 5G, Punya Kelebihan-kelebihan yang Bahkan vivo V27 pun Tak Punya!




Halo Assalamualaikum..


i-Q-O-O, dibaca Ayku. Sub-brand vivo ini siap membuat standar baru hape mendang-mending yang sulit ditemukan di toko biasa dengan harga resmi. Jangan salah, memang kanal penjualannya berfokus di pasar daring alias online. Kalaupun mengadakan booth penjualan di mal tertentu, saya yakini itu sifatnya seasonal, dan masuk dalam kegiatan promosi semata.


Dan ini adalah produk smartphone kedua mereka yang dipasarkan resmi di Indonesia, namanya iQOO Z7 5G.

Smartphone iQOO Z7 ini sendiri saat ini eksklusif dijual di beberapa marketplace, seperti ShopeeTokopediaBlibli,dan Lazada.


Yang menarik, sudah dua kali iQOO resmi produk smartphone di tanah air, dua kali pula mereka jadi pelopor penggunaan processor barunya Qualcomm. Setelah iQOO 11 dengan Snapdragon 8 Gen 2 pertama, iQOO Z7 5G hadir dengan Snapdragon 782G pertama.


Sayangnya, dua kali pula pre-order yang dilaksanakan tak bisa berjalan mulus dalam hal ketepatan jadwal pengiriman.


Namun, masalah pada pre-order iQOO Z7 ini bisa saya maklumi, karena disinyalir akar nya ada di server CEIR, tempat berlabuhnya data berjuta-juta IMEI perangkat seluler resmi di Indonesia.


Rasa-rasanya membahas kiprah awal iQOO ini lebih menarik dari device-nya sendiri ya, haha. Smartphone Android sekarang rasanya makin mudah ditebak value-nya dari spek teknis di atas kertas. Snapdragon 782G adalah penerus processor kesayangan banyak pemirsa, Snapdragon 778G. Peningkatan performa ada, namun level dan karakteristiknya masih senada saya rasakan dalam berbagai skenario pemakaian.


Buat bermain game PUBG Mobile misalkan, tetep bisa dapet settingan grafis mentok Smooth-Extreme atau HDR-Ultra. Saya main pastinya di Smooth-Extreme dan dapat gameplay experience yang smooth, bisa lah buat rada serius main dan dapet banyak kills.


Dalam artian, diajak 1-on-1 pun hayu, ngga khawatir masalah lag.


Suhunya juga tergolong aman, ngga banyak terasa menghangat, dan jauh lebih adem misal jika dibandingkan ponsel lain yang pakai Snapdragon 888.


Skor Antutu buat acuan, ada di angka 570-ribuan. Dengan storage test yang menghasilkan skor 44-ribuan, alias diperkirakan mengunakan UFS generasi kedua, sangat cukup lah buat level harganya.


Oh ya, yang saya pakai ini varian RAM 8GB, bandrolnya di 4,2-jutaan dengan storage 128GB. Tanpa slot micro-SD, penting untuk memilih mau beli yang mana. Ada varian RAM 12GB dengan storage 256GB, dan dibandrol lebih mahal 600-ribu.


Sedikit uneg-uneg saya soal RAM dan task manager di iQOO Z7 nih.

Pertama, tak bisa pilih besaran Extended RAM, jadi antara OFF atau langsung 8GB.


Kedua, buat apa RAM besar, plus Extended RAM besar yang memakan storage, kalau aplikasi yang belum 5 menit saya tinggalkan untuk buka 2-3 aplikasi lain, ternyata dibunuh paksa di belakang layar. Sehingga saat saya buka kembali dari recent apps, aplikasinya harus reload dari awal.


Aplikasinya padahal cuma game Found It, sebuah game ringan mencari gambar 2 dimensi saja.


Mungkin alasannya demi menghemat baterai, mungkin bisa diatur dari performance mode atau battery saving mode, namun semua ini bisa jadi berujung pada satu kesimpulan bagi pengguna awam: RAM BESAR DI ANDROID CUMA GIMMICK, ngga kaya EHEM, di iPhone, EHEM…


Anyway, karena pengirimannya sempat diundur, sebelum Lebaran jadinya saya beli juga sekotak vivo V27. 


Lucunya, meski punya induk yang sama, iQOO Z7 ini malah punya beberapa keunggulan dibanding V27.


Pertama, mode Pro alias manual di kamera iQOO Z7 bisa digunakan merekam video, sementara di V27 hanya buat foto.


Dan kedua, loudspeaker iQOO Z7 sudah stereo, V27 masih mono. Output-nya sendiri biasa saja, cenderung flat dengan power medium.


Sample suara-nya bisa disimak di video ulasannya yang sudah saya unggah di YouTube:





Kita tahu, salah satu sektor yang dikompromikan adalah layar. iQOO Z7 menggunakan layar 6,6” Full HD+ dengan panel IPS dan refresh rate 120Hz. Layarnya support HDR10, dan menggunakan punchhole untuk kamera depannya.


Untuk masalah outdoor visibility dan kontras, mungkin IPS tak sebaik AMOLED. Namun acapkali umur pakainya lebih panjang dan cenderung tak banyak bermasalah ketika mulai menua. Jadi, silakan ambil hikmahnya saja.


Ya karena kalau keukeuh mau AMOLED, silakan di-skip dulu.


iQOO kasih penawar di sektor baterai, di mana charging-nya bisa berjalan di 120W dan juga diberi charger yang mendukung. Saya terus terang tidak butuh hal ini, jadi charger dan kabel datanya masih tersimpan rapi dalam dus. Yang saya sesalkan, iQOO Z7 tak mendukung protokol Power Delivery dan hanya menerima daya 10W saja saat menggunakan charger PD 3.0 milik saya.


Bukan masalah besar, karena battery life iQOO Z7 ternyata awet. No wonder lah, processor penerus 778G, task manager yang kelewat rajin menutup background process, bisa menghasilkan battery life antara 26-36 jam tanpa wi-fi, dengan Screen-on Time antara 3 jam 46 menit hingga 5 jam 16 menit.


Saat full terhubung wi-fi, ponsel ini bisa bertahan 2 hari 2 malam dengan Screen-on Time 5 jam 44 menit. Dan saat setengahnya saja terhubung ke wi-fi, bisa bertahan selama 41 jam dengan Screen-on Time 6 jam 36 menit.


Info tambahan, fingerprint scanner di tombol power-nya juga responsif sekali, dan ponsel ini sudah memiliki NFC ya.


Kalau kamu coba cek spesifikasi iQOO Z7 di gsmarena, pastikan kamu cek iQOO Z7 yang untuk pasaran China, bukan global. Karena iQOO Z7 versi global bahkan pakai processor Dimensity 920 untuk dapur pacunya.





Terakhir, kita bahas sedikit soal kamera. Satu sektor yang menurut saya jadi PR dari iQOO, yang seharusnya bisa diperbaiki dari sisi software nantinya. Dari setup kamera belakangnya yang hanya ada 2, itupun tanpa lensa ultrawide, macro, apalagi telephoto, sebetulnya kita sudah bisa tahu kalau fokus iQOO di Z7 ini bukan ke kamera.


Tapi jangan salah, kamera utamanya perform well koq jika untuk berfoto. Makanya di frame kameranya ada tulisan OIS Photography High Definition.


PR besarnya justru ada di perekaman video. Saya nilai hasilnya sebatas cukup untuk dokumentasi saja, bukan untuk konten yang enjoyable. Fokus gambar terasa jelly saat dibawa bergerak, dan framerate ngedrop saat melakukan panning. Perekaman di 4K pun kadang terasa patah-patah. Pun rekam selfie video terasa banget goyang.


Sayang memang, karena untuk berfoto sih saya masih bisa mengandalkan iQOO Z7 ini. Warnanya cakep, hidup, instagrammable lah, tapi tidak berlebihan vibrancy-nya. Foto outdoor, indoor, hingga lowlights masih bisa dilahap dengan baik. Sedikit catatan, di lowlights, meskipun pakai mode auto, rana melambat, jadi pastikan handling harus stabil, meskipun ponsel ini dibantu OIS. Night mode tidak signifikan memberikan perbedaan ya, anyway.


Selfie, sebatas OK, tapi lebih ke biasa aja. Maksudnya, jika dibandingkan produk vivo, iQOO Z7 ini tidak dapat kamera depan yang setara.


Lagi-lagi, Anda bisa simak hasil foto dan video-nya di video ulasan lengkap iQOO Z7 5G yang sudah tayang di YouTube.


Tidak ada kesimpulan apa-apa, karena saya yakin value dan diferensiasi dari iQOO Z7 ini sudah sangat jelas. Channel penjualan online, pastinya yang beli juga melek spek dan sudah browsing sana-sini ya toh?


Smartphone iQOO Z7 ini sendiri saat ini eksklusif dijual di beberapa marketplace, seperti ShopeeTokopedia, Blibli,dan Lazada.





Ya dong… Jadi ijinkan saya pamit sampai di sini, hatur nuhun!


WASSALAM!




Comments

Popular Posts